tidak tahu apa yang sedang kutulis
semua mengalir serupa gletsyer Leverett
mengantar nadi ini menuju anak tangga
dimana seharusnya dia berdetak
pada ujung ujung hampa
aku rindu
pada pucuk pinus yang beku malam itu
dan kuncup berubah embun saat fajar mengantar
begitu pula egoku
saat menuju anomali
menghangat meski melambat
agar aku tetap berputar
meski bumi malas berotasi
alfalah 2:00 AM 8/28/2004
28 August 2004
17 August 2004
Antara
adalah
langkah di lorong yang gaduh menyemai jaringjaring
yang menahanku untuk tertuju dan menoleh
seharusnya rindu kutanam diujung jalan
hingga bisa kukepak sayap
untuk bisa hinggap diantara dedaun
ketika itu biar angin pun jadi antara
aku dan langit
dimana mimpi kulukis hitam dan putih
alfalah.
langkah di lorong yang gaduh menyemai jaringjaring
yang menahanku untuk tertuju dan menoleh
seharusnya rindu kutanam diujung jalan
hingga bisa kukepak sayap
untuk bisa hinggap diantara dedaun
ketika itu biar angin pun jadi antara
aku dan langit
dimana mimpi kulukis hitam dan putih
alfalah.
Simfoni Tanpa Arti
perjalananku di taman awan kian lambat
terhalang mendung yang tibatiba padam dihari
makin tidak kumengerti musim hati
serupa rentetan harmoni pada kakikaki malam
ternyata hujan siang tadi tidak membawa guguran bunga pinus
masih tidak kupahami juga matahari
disini detik demi detik kian menggenapkan bilangannya
menyempurnakan sejarah membentuk arca
meninggalkan semua menggores sisa
waktuku habis untuk menggambar pelangi
hingga hanya biru yang tersisa pada abu
ah, biarlah semua berjalan
meskipun belum kutahu arah jarum jam
tolong catatlah dongeng purnama pada selembar daun
lalu titipkan pada angin
semoga dunia kan segera mengerti tentang cahaya
walau saat ini masih tidak tahu apa itu arti
tentang suasana yang putih
dimana sunyi bermuara
dan membunuh dirinya
alfalah.
terhalang mendung yang tibatiba padam dihari
makin tidak kumengerti musim hati
serupa rentetan harmoni pada kakikaki malam
ternyata hujan siang tadi tidak membawa guguran bunga pinus
masih tidak kupahami juga matahari
disini detik demi detik kian menggenapkan bilangannya
menyempurnakan sejarah membentuk arca
meninggalkan semua menggores sisa
waktuku habis untuk menggambar pelangi
hingga hanya biru yang tersisa pada abu
ah, biarlah semua berjalan
meskipun belum kutahu arah jarum jam
tolong catatlah dongeng purnama pada selembar daun
lalu titipkan pada angin
semoga dunia kan segera mengerti tentang cahaya
walau saat ini masih tidak tahu apa itu arti
tentang suasana yang putih
dimana sunyi bermuara
dan membunuh dirinya
alfalah.
10 August 2004
untuk Mu
ingin kurangkai lagi satu bait puisi
tapi tidak malam ini
karena semua diksi
telah habis untuk mencintai Mu
alfalah.
tapi tidak malam ini
karena semua diksi
telah habis untuk mencintai Mu
alfalah.
Bunda, dimana ?
bunda, dimana lagi kita bisa bersihkan diri ?
sedang sungai itu tidak lagi kukenali
laut pun menutup muaranya
entah harus kemana lagi kita bawa debu debu
setidaknya pertemukan lusuh wajah ini dengan jernihnya
bunda, kemana lagi kita bawa gelas kosong ini ?
untuk dahaga yang merindui secangkir segarnya
apakah kita harus tunggu musim penghujan pada bulan ketiga ?
cukupkah usia ini menahan hausnya
aku mengerti, tapi tubuhku ini perlu lebih banyak belajar
untuk bisa mengerti keadaan kita
bunda, dimana bisa kulihat lagi pari ?
teratai pun kini enggan kutemui
semua sudah raib bunda, hanya sisa cerita yang bisa kubaca pada ensiklopedi
bahwa kita pernah kaya
bunda, dimana bisa kucari makna satu kata ?
tentang indahnya minamata
yang sedang kita jalani
alfalah 11:24 PM 8/10/2004
sedang sungai itu tidak lagi kukenali
laut pun menutup muaranya
entah harus kemana lagi kita bawa debu debu
setidaknya pertemukan lusuh wajah ini dengan jernihnya
bunda, kemana lagi kita bawa gelas kosong ini ?
untuk dahaga yang merindui secangkir segarnya
apakah kita harus tunggu musim penghujan pada bulan ketiga ?
cukupkah usia ini menahan hausnya
aku mengerti, tapi tubuhku ini perlu lebih banyak belajar
untuk bisa mengerti keadaan kita
bunda, dimana bisa kulihat lagi pari ?
teratai pun kini enggan kutemui
semua sudah raib bunda, hanya sisa cerita yang bisa kubaca pada ensiklopedi
bahwa kita pernah kaya
bunda, dimana bisa kucari makna satu kata ?
tentang indahnya minamata
yang sedang kita jalani
alfalah 11:24 PM 8/10/2004
09 August 2004
Masih Biru
saat dedaun kamboja hantui asa
matahari di ufuk timur kupinta segera
'tuk bantu lara
lenyapkan duka
kusandarkan kini semua
pada embun yang akan tiba
ah,
ternyata langit masih biru
meski hatiku sayu
alfalah.
matahari di ufuk timur kupinta segera
'tuk bantu lara
lenyapkan duka
kusandarkan kini semua
pada embun yang akan tiba
ah,
ternyata langit masih biru
meski hatiku sayu
alfalah.
06 August 2004
Untaian Kata Mati
Ilahi, saat kening ini membumi
kusertakan beribu ragu
yang telah lemas kukemas
dalam rangkaian berjuta kata
Maaf
tiap kudekap
bukan syukur mengguyur
tapi untaian sajak beratus ketus
Tak tahu
kepada siapa bertanya
ungkapkan desah membuncah
dalam pahit kian membelit
Biarkan
ia menjadikan basah sajadah
terhempas mengalir getir
menghimpun saksisaksi mati
kuharap
ini tak kan jalan perlahan
yang menghabiskan lembar per lembar sabar
membendung kelu dalam termangu
feli alfalah - 2004
kusertakan beribu ragu
yang telah lemas kukemas
dalam rangkaian berjuta kata
Maaf
tiap kudekap
bukan syukur mengguyur
tapi untaian sajak beratus ketus
Tak tahu
kepada siapa bertanya
ungkapkan desah membuncah
dalam pahit kian membelit
Biarkan
ia menjadikan basah sajadah
terhempas mengalir getir
menghimpun saksisaksi mati
kuharap
ini tak kan jalan perlahan
yang menghabiskan lembar per lembar sabar
membendung kelu dalam termangu
feli alfalah - 2004
02 August 2004
Ma'aka
tidak perlu berjalan terlalu jauh hanya untuk menemani kensunyian yang manja
kembalikanlah teratai pada kolam yang hampir kering itu, indahnya detik lalu tidak akan meramaikan jiwamu yang lengang
cukup langkahmu kaku didepan sajadah, berhentilah sejenak
dan tunggulah
Dia akan memberimu satu isyarat langit :
...InnAllaha Ma'aka
alfalah.
kembalikanlah teratai pada kolam yang hampir kering itu, indahnya detik lalu tidak akan meramaikan jiwamu yang lengang
cukup langkahmu kaku didepan sajadah, berhentilah sejenak
dan tunggulah
Dia akan memberimu satu isyarat langit :
...InnAllaha Ma'aka
alfalah.