07 December 2004

Alinea Ayat Biru

: Mu

kutitip rindu pada adzan yang menggema
atas rakaat rakaat pendek yang tersisa
atas dzikir yang tak purna
untuk,
Mu
bulan separuh baya tanpa indera merasakan jua deru nadi ini ketika dahi membumi
beribu bisikku tentangMu mengalun dalam kata, dalam frasa,
dalam prosa prosa imaji,
kini kupeluk sunyi diantara bulir doa
tenggelam diantara cahaya,
tersesat jiwa dalam lafal alifbata
kembali disajadah yang bulan
cinta pada butir gerimis yang meninggalkan purnama
lindap menyerupa tasbih
memenuhi hati dengan ayat ayat kasturi


alfalah 6:16 AM 12/7/2004

29 November 2004

Purnakan Hari

Mengapa kau masih saja berkata, kau tahu dunia telah bisu. Hari ini kita tidak akan pernah tersesat lagi dalam kalimat kalimat. Harmonisasi hampir titik. Senja telah menyempurnakan sunyi, dan kita pun berjalan seraya melepaskan rahasia rahasia yang dulu pernah tersimpan. Angin mendesis, rahasia mana yang tidak kau ketahui selain senyap.

Dikaki, ditangan, dihati tak perlu takuti lagi caci, semua beku kata. Hanya senyummu yang tidak pernah kaku ketika kita beranjak meninggalkan senja tanpa rahasia, purnakan hari.


alfalah 22:28 29/11/2004

30 October 2004

Ada Sepuluh

ada sepuluh
yang lupa tercecar dimana
hingga rapuh
pada sebelas fajar pertama

ada sepuluh
bintang termangu menanti doa
satu persatu tembus kelangit
tapi sepuluh do'aku
terpaku di langit langit

ada sepuluh
malam malam suci
sepuluh malam kulewati
hanya sunyi

ada sepuluh
ayatMu terlantun
dan enamribu lainnya
tenggelam

alfalah.

17 September 2004

Untuk Entah

cukupkah satu puisi ?

untuk menghantam egomu
memenggal sempitnya kepalamu
mengoyak isi hati
memburu dimana letak nuranimu
memburai semua makar

cukupkah bau amis selama ini ?

untuk mengenyangkan semua nafsu
menyenangkan iblis yang bersemayam
menyunggingkan senyum dibibirmu, keparat!

terlalu banyak bunga tergugur untuk belasungkawa
terlalu lumrah hari hari duka berbalut awan berabu

cukup!

telah kering darah dan air mata,
apalagi yang harus menitik bila luka ?


alfalah : 090904

16 September 2004

Jika Syahid adalah Bunga

maka ijinkanlah dia lindap direlung hati ini dan mengantarnya untuk merekah merah diantara dinding bisu palestina


alfalah 5:47 AM 9/16/2004

12 September 2004

Kado Cahaya

engkaulah rinai hujan yang bercerita tentang pagi
seolah menahan lelap kita
untuk tetap terjaga dalam buaian mimpi

bangunlah,
saat ini kita akan mengeja hari
mengimla detik demi detik pada lembaran diari
seindah harmonisasi partitur
yang mengiramakan detak jiwa

takdir ini akan kulukis pada putik taman hati
dan biarkan ia merekah
serupa rona melati
hingga senja usai dan malam mengurai kelam
saat itu kita adalah sajak sajak cahaya
pada untaian rindu yang nisbi
berbingkai sahdu syahadah


alfalah 5:38 PM 9/12/2004

05 September 2004

Epilog Pagi

kapankah badai akan menemui waktunya
dalam mimpi
hanya ada derai cemara
yang menelisik hati

lalu sontak!
: hari telah berganti


alfalah 10:55 PM 9/5/2004

28 August 2004

Rotasi Takkan Mati

tidak tahu apa yang sedang kutulis
semua mengalir serupa gletsyer Leverett
mengantar nadi ini menuju anak tangga
dimana seharusnya dia berdetak
pada ujung ujung hampa

aku rindu
pada pucuk pinus yang beku malam itu
dan kuncup berubah embun saat fajar mengantar

begitu pula egoku
saat menuju anomali
menghangat meski melambat
agar aku tetap berputar
meski bumi malas berotasi


alfalah 2:00 AM 8/28/2004

17 August 2004

Antara

adalah
langkah di lorong yang gaduh menyemai jaringjaring
yang menahanku untuk tertuju dan menoleh
seharusnya rindu kutanam diujung jalan
hingga bisa kukepak sayap
untuk bisa hinggap diantara dedaun
ketika itu biar angin pun jadi antara
aku dan langit
dimana mimpi kulukis hitam dan putih

alfalah.

Simfoni Tanpa Arti

perjalananku di taman awan kian lambat
terhalang mendung yang tibatiba padam dihari
makin tidak kumengerti musim hati
serupa rentetan harmoni pada kakikaki malam
ternyata hujan siang tadi tidak membawa guguran bunga pinus
masih tidak kupahami juga matahari

disini detik demi detik kian menggenapkan bilangannya
menyempurnakan sejarah membentuk arca
meninggalkan semua menggores sisa
waktuku habis untuk menggambar pelangi
hingga hanya biru yang tersisa pada abu
ah, biarlah semua berjalan
meskipun belum kutahu arah jarum jam

tolong catatlah dongeng purnama pada selembar daun
lalu titipkan pada angin
semoga dunia kan segera mengerti tentang cahaya
walau saat ini masih tidak tahu apa itu arti
tentang suasana yang putih
dimana sunyi bermuara
dan membunuh dirinya

alfalah.

10 August 2004

untuk Mu

ingin kurangkai lagi satu bait puisi
tapi tidak malam ini
karena semua diksi
telah habis untuk mencintai Mu

alfalah.

Bunda, dimana ?

bunda, dimana lagi kita bisa bersihkan diri ?
sedang sungai itu tidak lagi kukenali
laut pun menutup muaranya
entah harus kemana lagi kita bawa debu debu
setidaknya pertemukan lusuh wajah ini dengan jernihnya

bunda, kemana lagi kita bawa gelas kosong ini ?
untuk dahaga yang merindui secangkir segarnya
apakah kita harus tunggu musim penghujan pada bulan ketiga ?
cukupkah usia ini menahan hausnya
aku mengerti, tapi tubuhku ini perlu lebih banyak belajar
untuk bisa mengerti keadaan kita

bunda, dimana bisa kulihat lagi pari ?
teratai pun kini enggan kutemui
semua sudah raib bunda, hanya sisa cerita yang bisa kubaca pada ensiklopedi
bahwa kita pernah kaya

bunda, dimana bisa kucari makna satu kata ?
tentang indahnya minamata
yang sedang kita jalani


alfalah 11:24 PM 8/10/2004

09 August 2004

Masih Biru

saat dedaun kamboja hantui asa
matahari di ufuk timur kupinta segera
'tuk bantu lara
lenyapkan duka
kusandarkan kini semua
pada embun yang akan tiba

ah,
ternyata langit masih biru
meski hatiku sayu

alfalah.

06 August 2004

Untaian Kata Mati

Ilahi, saat kening ini membumi
kusertakan beribu ragu
yang telah lemas kukemas
dalam rangkaian berjuta kata

Maaf
tiap kudekap
bukan syukur mengguyur
tapi untaian sajak beratus ketus

Tak tahu
kepada siapa bertanya
ungkapkan desah membuncah
dalam pahit kian membelit

Biarkan
ia menjadikan basah sajadah
terhempas mengalir getir
menghimpun saksisaksi mati

kuharap
ini tak kan jalan perlahan
yang menghabiskan lembar per lembar sabar
membendung kelu dalam termangu


feli alfalah - 2004

02 August 2004

Ma'aka

tidak perlu berjalan terlalu jauh hanya untuk menemani kensunyian yang manja
kembalikanlah teratai pada kolam yang hampir kering itu, indahnya detik lalu tidak akan meramaikan jiwamu yang lengang
cukup langkahmu kaku didepan sajadah, berhentilah sejenak
dan tunggulah
Dia akan memberimu satu isyarat langit :
...InnAllaha Ma'aka

alfalah.

30 July 2004

Do'a yang Sengaja Dilupakan

aku masih punya Dia
yang selalu aku tinggalkan ketika suka
tempat kembaliku dalam luka
rendah,
betapa tanpa muka aku terngadah
tiada hati aku meminta
masih saja kabulkan semua
sertamerta aliran nafas ini tanpa detik henti,
dan masih darah ini mengalun membentuk ritme sempurna
diri ini hanyalah makhluk
yang berbanding terbalik
sang pemuja hak
tanpa sedikitpun memaknai tujuan keberadaan
pantaskah berdo'a
pada bening pagi hari
ketika deras bala menghujan
seusai lelah dengan semua pengkhianatan
duhai pencipta cinta
kasih maha indah telah ditampakkan
tanpa sedikitpun pamrih
biar hadapkan hatiku memandangMu
walau dengan sapaan jahannam
luruskanlah kekalutan aku mohon
sebelum terlambat kudapati secara denotasi

alfalah.

25 June 2004

Nothing

matilah bersamaku seraya menghabiskan berjuta asumsi
tentang hidup
tentang mati
dan tentang kehidupan sesudah mati
lalu hilang melenggang bersama bidadari dari balik langit
kau mungkin menjadi malaikat,
sementara aku mungkin hanya serpihan debudebu
apa peduliku!
karena hari ini bukanlah penentuan
kita masih setia menangisi bumi
yang mungkin hanya pelarian iblis depresi
dan sertamerta menularkannya pada apapun yang ia temui dibumi
menyerupai cinta, harapan, penghargaan ,pengorbanan
dan segala bentuk sentimentil lainnya

malaikat itu putih karena tidak ada yang mau mewarnainya hitam
debu itu kecil karena dalam kamus tebalmu dituliskan seperti itu
makanlah semua asumsimu
dan semua pikiran yang kau lahap mentahmentah
tentang dunia yang cantik ini
hingga kau dan temantemanmu bisa menjadi malaikat berbaju putih
secara kolosal

dan nanti,
akulah debu itu
tanpa cinta dan penghargaan
yang melengkapi bukubuku dalam lemari
yang berserakan dipagar jalan
yang terapung diantara kejamnya kota
yang bukan apaapa


- ini bukanlah puisi, dan jangan pernah anggap ini sebuah puisi! just nothing and forget
alfalah.

28 May 2004

Hanya Senyum

tak perlu tahu
sedalam aku tahu
tak usah malu
bermain dengan bisu
yang putih
hanya senyum

perjalanan ini
hanya ilusi
yakini hanya mimpi
bila semua selesai
terimalah
hanya senyum

endapan karat
biarkan hitam
rasa sesaat
biarkan hilang
pabila sempat
biarkan hina
disatu tempat
hanya senyum

aku merangkak
pada lambaian hari
tak lagi temui
seuntai sajak
pada barisan kata
siapa setia
hanya senyum

hatiku mewarna
merah merona
tapi jiwaku hampa
mendung kelabu
mengapa cerah
hanya senyum ?

dalam tarikan nafasku
satu huruf
tak bisa hilang
membatu diparuparu
yang terlihat
hanya senyum

yang aku perlu
hanya senyum
Mu

alfalah.

20 March 2004

Dongeng Fajar

Dunia kelam saat itu,
Aku menunggu berita kelahiranmu pada senja kelabu
Lalu angin berteriak
Sontak aku terkejut, karena daun yang ringkih akhirnya meranggas menutupi pekarangan yang kutanami harap cemas
Kau titip pesan pada teriak angin
“Maaf, aku akan terlambat lagi menemuimu. Mungkin untuk beberapa tahun”
Maka bermainlah aku dengan zaman, sekedar menghilangkan kebosanan menunggumu

Firasat,
Mungkin hanya itulah yang kupunya
Sebentar lagi kau tampakkan senyum manismu
Kembalikan jingga esok senja

Pagi mengantar bening embun
Dia ceritakan banyak hal tentangmu
Untukmu lah aku masih sudi terlelap
Untuk terbangun dan tenggelam dalam dongeng dongeng fajar

alfalah

14 March 2004

Aku Kehabisan Kata

aku kehabisan kata
saat kupanjat doa doa subuh itu karena otakku tak bisa henti memutar ingatan kemarin siang
lalu aku coba pejamkan mata dan berhenti berdoa
saat itulah aku baru tahu
ternyata doaku habis kemarin siang

aku kehabisan kata
ketika malam menjelang pagi
saat siang memburu mentari
pada senja penutup hari
detik demi detik kujejaki tanpa kata kata, dunia hening tanpa suara
hanya desiran irama hati
innalillahi

aku kehabisan kata
saat akan kujalani hari hari penuh duri tanpa pelangi
hanya hitam dan putih yang menghiasi nurani
kata itu hilang saat aku kehilangan warna
ketika pilu tanpaMu disisiku

aku kehabisan makna
pada kata kata
aku kehabisan kata
ketika seharusnya bicara
aku kehabisan suara
pada sajak tanpa makna

27 February 2004

Menjaring Mimpi

kubawakan kau senja
ketika hari itu kita masih setia menjaga mimpi mimpi
lalu kutuang secangkir kopi pada seperempat malam kedua
kita akan tetap terjaga sampai larut nanti
untuk bisa menghadang nyata

kita masih terlelap saat ini
dimana seharunya masa depan menghampiri
lalu kita tersadar untuk pertama kali
harapan telah pergi mengubah wajah
jadi kenangan
tiada guna air mata,
kita adalah kita saat ini
masa depan harapan
masa lalu pelajaran

tetaplah terjaga
untukmu, untukku, untuk kita
untuk mereka
untuk membangun mimpi mimpi yang pernah menghampiri

15 February 2004

Membagi Apologi

Sebentuk apologi tersaji di meja makan, menunggu kau bagi pada malam. Satu demi satu kau beri, lalu kau sisakan satu potong kecil di atas kursi. Terlupa untuk siapa. Keningmu tak henti berkerut sambil memutarmutar otak kosong. Tak ada perubahan, masih saja pelupa. Pesta pun usai.

Indahnian detik berlalu dan potongan itu sudahlah basi dimakan waktu tak bersisa. Satu malam bercengkerama dengan gemintang dan purnama. Bahaknya terdengar sampai menggoyang mejamu. Sampai detik itu purnama bercerita tentang lolongan manusia, yang diceritakan angin dingin padanya. Manusia itu masih mencari sepotong apologi yang kau janjikan. Dialah pemilik potong terakhir yang dimakan waktu. Dan manusia itu adalah manusia yang dilupakan waktu.

14 February 2004

Mencari Tahu

kita mencari
diantara semak
digundukan pasir pantai
menggaruk tanah basah
meneropong guagua

kita mengaduk laut
membalik gununggunung
merapikan lagi pyramid
mengikuti komet berputar
menyelami tatasurya

lalu kita bertanya
pada ilalang
kepada terang

kita pinjam catatan bulan
sibak gulita
kita eja manteramantera
dan senandungkan doadoa
lalu nyalakan ribuan hari

hanya untuk
sesuatu yang pernah kita tahu

04 February 2004

Apa itu duasatu ? #6

: ditempat sana

dimana rindu itu
yang akan mengantarku pulang

Apa itu duasatu ? #5

: diujung makna makna

apabila bumi ini berkaki
maka dia tidak berniat melaju lagi

apabila matahari merayu mati
maka rembulan jadi kuburan

apabila malam ini kiamat
maka biarkan aku menziarahi taubat

dan bila aku sempat
maka neraka tidak lagi kusebut tempat