: Mu
kutitip rindu pada adzan yang menggema
atas rakaat rakaat pendek yang tersisa
atas dzikir yang tak purna
untuk,
Mu
bulan separuh baya tanpa indera merasakan jua deru nadi ini ketika dahi membumi
beribu bisikku tentangMu mengalun dalam kata, dalam frasa,
dalam prosa prosa imaji,
kini kupeluk sunyi diantara bulir doa
tenggelam diantara cahaya,
tersesat jiwa dalam lafal alifbata
kembali disajadah yang bulan
cinta pada butir gerimis yang meninggalkan purnama
lindap menyerupa tasbih
memenuhi hati dengan ayat ayat kasturi
alfalah 6:16 AM 12/7/2004
07 December 2004
29 November 2004
Purnakan Hari
Mengapa kau masih saja berkata, kau tahu dunia telah bisu. Hari ini kita tidak akan pernah tersesat lagi dalam kalimat kalimat. Harmonisasi hampir titik. Senja telah menyempurnakan sunyi, dan kita pun berjalan seraya melepaskan rahasia rahasia yang dulu pernah tersimpan. Angin mendesis, rahasia mana yang tidak kau ketahui selain senyap.
Dikaki, ditangan, dihati tak perlu takuti lagi caci, semua beku kata. Hanya senyummu yang tidak pernah kaku ketika kita beranjak meninggalkan senja tanpa rahasia, purnakan hari.
alfalah 22:28 29/11/2004
Dikaki, ditangan, dihati tak perlu takuti lagi caci, semua beku kata. Hanya senyummu yang tidak pernah kaku ketika kita beranjak meninggalkan senja tanpa rahasia, purnakan hari.
alfalah 22:28 29/11/2004
30 October 2004
Ada Sepuluh
ada sepuluh
yang lupa tercecar dimana
hingga rapuh
pada sebelas fajar pertama
ada sepuluh
bintang termangu menanti doa
satu persatu tembus kelangit
tapi sepuluh do'aku
terpaku di langit langit
ada sepuluh
malam malam suci
sepuluh malam kulewati
hanya sunyi
ada sepuluh
ayatMu terlantun
dan enamribu lainnya
tenggelam
alfalah.
yang lupa tercecar dimana
hingga rapuh
pada sebelas fajar pertama
ada sepuluh
bintang termangu menanti doa
satu persatu tembus kelangit
tapi sepuluh do'aku
terpaku di langit langit
ada sepuluh
malam malam suci
sepuluh malam kulewati
hanya sunyi
ada sepuluh
ayatMu terlantun
dan enamribu lainnya
tenggelam
alfalah.
17 September 2004
Untuk Entah
cukupkah satu puisi ?
untuk menghantam egomu
memenggal sempitnya kepalamu
mengoyak isi hati
memburu dimana letak nuranimu
memburai semua makar
cukupkah bau amis selama ini ?
untuk mengenyangkan semua nafsu
menyenangkan iblis yang bersemayam
menyunggingkan senyum dibibirmu, keparat!
terlalu banyak bunga tergugur untuk belasungkawa
terlalu lumrah hari hari duka berbalut awan berabu
cukup!
telah kering darah dan air mata,
apalagi yang harus menitik bila luka ?
alfalah : 090904
untuk menghantam egomu
memenggal sempitnya kepalamu
mengoyak isi hati
memburu dimana letak nuranimu
memburai semua makar
cukupkah bau amis selama ini ?
untuk mengenyangkan semua nafsu
menyenangkan iblis yang bersemayam
menyunggingkan senyum dibibirmu, keparat!
terlalu banyak bunga tergugur untuk belasungkawa
terlalu lumrah hari hari duka berbalut awan berabu
cukup!
telah kering darah dan air mata,
apalagi yang harus menitik bila luka ?
alfalah : 090904
16 September 2004
Jika Syahid adalah Bunga
maka ijinkanlah dia lindap direlung hati ini dan mengantarnya untuk merekah merah diantara dinding bisu palestina
alfalah 5:47 AM 9/16/2004
alfalah 5:47 AM 9/16/2004
12 September 2004
Kado Cahaya
engkaulah rinai hujan yang bercerita tentang pagi
seolah menahan lelap kita
untuk tetap terjaga dalam buaian mimpi
bangunlah,
saat ini kita akan mengeja hari
mengimla detik demi detik pada lembaran diari
seindah harmonisasi partitur
yang mengiramakan detak jiwa
takdir ini akan kulukis pada putik taman hati
dan biarkan ia merekah
serupa rona melati
hingga senja usai dan malam mengurai kelam
saat itu kita adalah sajak sajak cahaya
pada untaian rindu yang nisbi
berbingkai sahdu syahadah
alfalah 5:38 PM 9/12/2004
seolah menahan lelap kita
untuk tetap terjaga dalam buaian mimpi
bangunlah,
saat ini kita akan mengeja hari
mengimla detik demi detik pada lembaran diari
seindah harmonisasi partitur
yang mengiramakan detak jiwa
takdir ini akan kulukis pada putik taman hati
dan biarkan ia merekah
serupa rona melati
hingga senja usai dan malam mengurai kelam
saat itu kita adalah sajak sajak cahaya
pada untaian rindu yang nisbi
berbingkai sahdu syahadah
alfalah 5:38 PM 9/12/2004
05 September 2004
Epilog Pagi
kapankah badai akan menemui waktunya
dalam mimpi
hanya ada derai cemara
yang menelisik hati
lalu sontak!
: hari telah berganti
alfalah 10:55 PM 9/5/2004
dalam mimpi
hanya ada derai cemara
yang menelisik hati
lalu sontak!
: hari telah berganti
alfalah 10:55 PM 9/5/2004
28 August 2004
Rotasi Takkan Mati
tidak tahu apa yang sedang kutulis
semua mengalir serupa gletsyer Leverett
mengantar nadi ini menuju anak tangga
dimana seharusnya dia berdetak
pada ujung ujung hampa
aku rindu
pada pucuk pinus yang beku malam itu
dan kuncup berubah embun saat fajar mengantar
begitu pula egoku
saat menuju anomali
menghangat meski melambat
agar aku tetap berputar
meski bumi malas berotasi
alfalah 2:00 AM 8/28/2004
semua mengalir serupa gletsyer Leverett
mengantar nadi ini menuju anak tangga
dimana seharusnya dia berdetak
pada ujung ujung hampa
aku rindu
pada pucuk pinus yang beku malam itu
dan kuncup berubah embun saat fajar mengantar
begitu pula egoku
saat menuju anomali
menghangat meski melambat
agar aku tetap berputar
meski bumi malas berotasi
alfalah 2:00 AM 8/28/2004
17 August 2004
Antara
adalah
langkah di lorong yang gaduh menyemai jaringjaring
yang menahanku untuk tertuju dan menoleh
seharusnya rindu kutanam diujung jalan
hingga bisa kukepak sayap
untuk bisa hinggap diantara dedaun
ketika itu biar angin pun jadi antara
aku dan langit
dimana mimpi kulukis hitam dan putih
alfalah.
langkah di lorong yang gaduh menyemai jaringjaring
yang menahanku untuk tertuju dan menoleh
seharusnya rindu kutanam diujung jalan
hingga bisa kukepak sayap
untuk bisa hinggap diantara dedaun
ketika itu biar angin pun jadi antara
aku dan langit
dimana mimpi kulukis hitam dan putih
alfalah.
Simfoni Tanpa Arti
perjalananku di taman awan kian lambat
terhalang mendung yang tibatiba padam dihari
makin tidak kumengerti musim hati
serupa rentetan harmoni pada kakikaki malam
ternyata hujan siang tadi tidak membawa guguran bunga pinus
masih tidak kupahami juga matahari
disini detik demi detik kian menggenapkan bilangannya
menyempurnakan sejarah membentuk arca
meninggalkan semua menggores sisa
waktuku habis untuk menggambar pelangi
hingga hanya biru yang tersisa pada abu
ah, biarlah semua berjalan
meskipun belum kutahu arah jarum jam
tolong catatlah dongeng purnama pada selembar daun
lalu titipkan pada angin
semoga dunia kan segera mengerti tentang cahaya
walau saat ini masih tidak tahu apa itu arti
tentang suasana yang putih
dimana sunyi bermuara
dan membunuh dirinya
alfalah.
terhalang mendung yang tibatiba padam dihari
makin tidak kumengerti musim hati
serupa rentetan harmoni pada kakikaki malam
ternyata hujan siang tadi tidak membawa guguran bunga pinus
masih tidak kupahami juga matahari
disini detik demi detik kian menggenapkan bilangannya
menyempurnakan sejarah membentuk arca
meninggalkan semua menggores sisa
waktuku habis untuk menggambar pelangi
hingga hanya biru yang tersisa pada abu
ah, biarlah semua berjalan
meskipun belum kutahu arah jarum jam
tolong catatlah dongeng purnama pada selembar daun
lalu titipkan pada angin
semoga dunia kan segera mengerti tentang cahaya
walau saat ini masih tidak tahu apa itu arti
tentang suasana yang putih
dimana sunyi bermuara
dan membunuh dirinya
alfalah.
10 August 2004
untuk Mu
ingin kurangkai lagi satu bait puisi
tapi tidak malam ini
karena semua diksi
telah habis untuk mencintai Mu
alfalah.
tapi tidak malam ini
karena semua diksi
telah habis untuk mencintai Mu
alfalah.
Bunda, dimana ?
bunda, dimana lagi kita bisa bersihkan diri ?
sedang sungai itu tidak lagi kukenali
laut pun menutup muaranya
entah harus kemana lagi kita bawa debu debu
setidaknya pertemukan lusuh wajah ini dengan jernihnya
bunda, kemana lagi kita bawa gelas kosong ini ?
untuk dahaga yang merindui secangkir segarnya
apakah kita harus tunggu musim penghujan pada bulan ketiga ?
cukupkah usia ini menahan hausnya
aku mengerti, tapi tubuhku ini perlu lebih banyak belajar
untuk bisa mengerti keadaan kita
bunda, dimana bisa kulihat lagi pari ?
teratai pun kini enggan kutemui
semua sudah raib bunda, hanya sisa cerita yang bisa kubaca pada ensiklopedi
bahwa kita pernah kaya
bunda, dimana bisa kucari makna satu kata ?
tentang indahnya minamata
yang sedang kita jalani
alfalah 11:24 PM 8/10/2004
sedang sungai itu tidak lagi kukenali
laut pun menutup muaranya
entah harus kemana lagi kita bawa debu debu
setidaknya pertemukan lusuh wajah ini dengan jernihnya
bunda, kemana lagi kita bawa gelas kosong ini ?
untuk dahaga yang merindui secangkir segarnya
apakah kita harus tunggu musim penghujan pada bulan ketiga ?
cukupkah usia ini menahan hausnya
aku mengerti, tapi tubuhku ini perlu lebih banyak belajar
untuk bisa mengerti keadaan kita
bunda, dimana bisa kulihat lagi pari ?
teratai pun kini enggan kutemui
semua sudah raib bunda, hanya sisa cerita yang bisa kubaca pada ensiklopedi
bahwa kita pernah kaya
bunda, dimana bisa kucari makna satu kata ?
tentang indahnya minamata
yang sedang kita jalani
alfalah 11:24 PM 8/10/2004
09 August 2004
Masih Biru
saat dedaun kamboja hantui asa
matahari di ufuk timur kupinta segera
'tuk bantu lara
lenyapkan duka
kusandarkan kini semua
pada embun yang akan tiba
ah,
ternyata langit masih biru
meski hatiku sayu
alfalah.
matahari di ufuk timur kupinta segera
'tuk bantu lara
lenyapkan duka
kusandarkan kini semua
pada embun yang akan tiba
ah,
ternyata langit masih biru
meski hatiku sayu
alfalah.
06 August 2004
Untaian Kata Mati
Ilahi, saat kening ini membumi
kusertakan beribu ragu
yang telah lemas kukemas
dalam rangkaian berjuta kata
Maaf
tiap kudekap
bukan syukur mengguyur
tapi untaian sajak beratus ketus
Tak tahu
kepada siapa bertanya
ungkapkan desah membuncah
dalam pahit kian membelit
Biarkan
ia menjadikan basah sajadah
terhempas mengalir getir
menghimpun saksisaksi mati
kuharap
ini tak kan jalan perlahan
yang menghabiskan lembar per lembar sabar
membendung kelu dalam termangu
feli alfalah - 2004
kusertakan beribu ragu
yang telah lemas kukemas
dalam rangkaian berjuta kata
Maaf
tiap kudekap
bukan syukur mengguyur
tapi untaian sajak beratus ketus
Tak tahu
kepada siapa bertanya
ungkapkan desah membuncah
dalam pahit kian membelit
Biarkan
ia menjadikan basah sajadah
terhempas mengalir getir
menghimpun saksisaksi mati
kuharap
ini tak kan jalan perlahan
yang menghabiskan lembar per lembar sabar
membendung kelu dalam termangu
feli alfalah - 2004
02 August 2004
Ma'aka
tidak perlu berjalan terlalu jauh hanya untuk menemani kensunyian yang manja
kembalikanlah teratai pada kolam yang hampir kering itu, indahnya detik lalu tidak akan meramaikan jiwamu yang lengang
cukup langkahmu kaku didepan sajadah, berhentilah sejenak
dan tunggulah
Dia akan memberimu satu isyarat langit :
...InnAllaha Ma'aka
alfalah.
kembalikanlah teratai pada kolam yang hampir kering itu, indahnya detik lalu tidak akan meramaikan jiwamu yang lengang
cukup langkahmu kaku didepan sajadah, berhentilah sejenak
dan tunggulah
Dia akan memberimu satu isyarat langit :
...InnAllaha Ma'aka
alfalah.
30 July 2004
Do'a yang Sengaja Dilupakan
aku masih punya Dia
yang selalu aku tinggalkan ketika suka
tempat kembaliku dalam luka
rendah,
betapa tanpa muka aku terngadah
tiada hati aku meminta
masih saja kabulkan semua
sertamerta aliran nafas ini tanpa detik henti,
dan masih darah ini mengalun membentuk ritme sempurna
diri ini hanyalah makhluk
yang berbanding terbalik
sang pemuja hak
tanpa sedikitpun memaknai tujuan keberadaan
pantaskah berdo'a
pada bening pagi hari
ketika deras bala menghujan
seusai lelah dengan semua pengkhianatan
duhai pencipta cinta
kasih maha indah telah ditampakkan
tanpa sedikitpun pamrih
biar hadapkan hatiku memandangMu
walau dengan sapaan jahannam
luruskanlah kekalutan aku mohon
sebelum terlambat kudapati secara denotasi
alfalah.
yang selalu aku tinggalkan ketika suka
tempat kembaliku dalam luka
rendah,
betapa tanpa muka aku terngadah
tiada hati aku meminta
masih saja kabulkan semua
sertamerta aliran nafas ini tanpa detik henti,
dan masih darah ini mengalun membentuk ritme sempurna
diri ini hanyalah makhluk
yang berbanding terbalik
sang pemuja hak
tanpa sedikitpun memaknai tujuan keberadaan
pantaskah berdo'a
pada bening pagi hari
ketika deras bala menghujan
seusai lelah dengan semua pengkhianatan
duhai pencipta cinta
kasih maha indah telah ditampakkan
tanpa sedikitpun pamrih
biar hadapkan hatiku memandangMu
walau dengan sapaan jahannam
luruskanlah kekalutan aku mohon
sebelum terlambat kudapati secara denotasi
alfalah.
25 June 2004
Nothing
matilah bersamaku seraya menghabiskan berjuta asumsi
tentang hidup
tentang mati
dan tentang kehidupan sesudah mati
lalu hilang melenggang bersama bidadari dari balik langit
kau mungkin menjadi malaikat,
sementara aku mungkin hanya serpihan debudebu
apa peduliku!
karena hari ini bukanlah penentuan
kita masih setia menangisi bumi
yang mungkin hanya pelarian iblis depresi
dan sertamerta menularkannya pada apapun yang ia temui dibumi
menyerupai cinta, harapan, penghargaan ,pengorbanan
dan segala bentuk sentimentil lainnya
malaikat itu putih karena tidak ada yang mau mewarnainya hitam
debu itu kecil karena dalam kamus tebalmu dituliskan seperti itu
makanlah semua asumsimu
dan semua pikiran yang kau lahap mentahmentah
tentang dunia yang cantik ini
hingga kau dan temantemanmu bisa menjadi malaikat berbaju putih
secara kolosal
dan nanti,
akulah debu itu
tanpa cinta dan penghargaan
yang melengkapi bukubuku dalam lemari
yang berserakan dipagar jalan
yang terapung diantara kejamnya kota
yang bukan apaapa
- ini bukanlah puisi, dan jangan pernah anggap ini sebuah puisi! just nothing and forget
alfalah.
tentang hidup
tentang mati
dan tentang kehidupan sesudah mati
lalu hilang melenggang bersama bidadari dari balik langit
kau mungkin menjadi malaikat,
sementara aku mungkin hanya serpihan debudebu
apa peduliku!
karena hari ini bukanlah penentuan
kita masih setia menangisi bumi
yang mungkin hanya pelarian iblis depresi
dan sertamerta menularkannya pada apapun yang ia temui dibumi
menyerupai cinta, harapan, penghargaan ,pengorbanan
dan segala bentuk sentimentil lainnya
malaikat itu putih karena tidak ada yang mau mewarnainya hitam
debu itu kecil karena dalam kamus tebalmu dituliskan seperti itu
makanlah semua asumsimu
dan semua pikiran yang kau lahap mentahmentah
tentang dunia yang cantik ini
hingga kau dan temantemanmu bisa menjadi malaikat berbaju putih
secara kolosal
dan nanti,
akulah debu itu
tanpa cinta dan penghargaan
yang melengkapi bukubuku dalam lemari
yang berserakan dipagar jalan
yang terapung diantara kejamnya kota
yang bukan apaapa
- ini bukanlah puisi, dan jangan pernah anggap ini sebuah puisi! just nothing and forget
alfalah.
28 May 2004
Hanya Senyum
tak perlu tahu
sedalam aku tahu
tak usah malu
bermain dengan bisu
yang putih
hanya senyum
perjalanan ini
hanya ilusi
yakini hanya mimpi
bila semua selesai
terimalah
hanya senyum
endapan karat
biarkan hitam
rasa sesaat
biarkan hilang
pabila sempat
biarkan hina
disatu tempat
hanya senyum
aku merangkak
pada lambaian hari
tak lagi temui
seuntai sajak
pada barisan kata
siapa setia
hanya senyum
hatiku mewarna
merah merona
tapi jiwaku hampa
mendung kelabu
mengapa cerah
hanya senyum ?
dalam tarikan nafasku
satu huruf
tak bisa hilang
membatu diparuparu
yang terlihat
hanya senyum
yang aku perlu
hanya senyum
Mu
alfalah.
sedalam aku tahu
tak usah malu
bermain dengan bisu
yang putih
hanya senyum
perjalanan ini
hanya ilusi
yakini hanya mimpi
bila semua selesai
terimalah
hanya senyum
endapan karat
biarkan hitam
rasa sesaat
biarkan hilang
pabila sempat
biarkan hina
disatu tempat
hanya senyum
aku merangkak
pada lambaian hari
tak lagi temui
seuntai sajak
pada barisan kata
siapa setia
hanya senyum
hatiku mewarna
merah merona
tapi jiwaku hampa
mendung kelabu
mengapa cerah
hanya senyum ?
dalam tarikan nafasku
satu huruf
tak bisa hilang
membatu diparuparu
yang terlihat
hanya senyum
yang aku perlu
hanya senyum
Mu
alfalah.
20 March 2004
Dongeng Fajar
Dunia kelam saat itu,
Aku menunggu berita kelahiranmu pada senja kelabu
Lalu angin berteriak
Sontak aku terkejut, karena daun yang ringkih akhirnya meranggas menutupi pekarangan yang kutanami harap cemas
Kau titip pesan pada teriak angin
“Maaf, aku akan terlambat lagi menemuimu. Mungkin untuk beberapa tahun”
Maka bermainlah aku dengan zaman, sekedar menghilangkan kebosanan menunggumu
Firasat,
Mungkin hanya itulah yang kupunya
Sebentar lagi kau tampakkan senyum manismu
Kembalikan jingga esok senja
Pagi mengantar bening embun
Dia ceritakan banyak hal tentangmu
Untukmu lah aku masih sudi terlelap
Untuk terbangun dan tenggelam dalam dongeng dongeng fajar
alfalah
Aku menunggu berita kelahiranmu pada senja kelabu
Lalu angin berteriak
Sontak aku terkejut, karena daun yang ringkih akhirnya meranggas menutupi pekarangan yang kutanami harap cemas
Kau titip pesan pada teriak angin
“Maaf, aku akan terlambat lagi menemuimu. Mungkin untuk beberapa tahun”
Maka bermainlah aku dengan zaman, sekedar menghilangkan kebosanan menunggumu
Firasat,
Mungkin hanya itulah yang kupunya
Sebentar lagi kau tampakkan senyum manismu
Kembalikan jingga esok senja
Pagi mengantar bening embun
Dia ceritakan banyak hal tentangmu
Untukmu lah aku masih sudi terlelap
Untuk terbangun dan tenggelam dalam dongeng dongeng fajar
alfalah
14 March 2004
Aku Kehabisan Kata
aku kehabisan kata
saat kupanjat doa doa subuh itu karena otakku tak bisa henti memutar ingatan kemarin siang
lalu aku coba pejamkan mata dan berhenti berdoa
saat itulah aku baru tahu
ternyata doaku habis kemarin siang
aku kehabisan kata
ketika malam menjelang pagi
saat siang memburu mentari
pada senja penutup hari
detik demi detik kujejaki tanpa kata kata, dunia hening tanpa suara
hanya desiran irama hati
innalillahi
aku kehabisan kata
saat akan kujalani hari hari penuh duri tanpa pelangi
hanya hitam dan putih yang menghiasi nurani
kata itu hilang saat aku kehilangan warna
ketika pilu tanpaMu disisiku
aku kehabisan makna
pada kata kata
aku kehabisan kata
ketika seharusnya bicara
aku kehabisan suara
pada sajak tanpa makna
saat kupanjat doa doa subuh itu karena otakku tak bisa henti memutar ingatan kemarin siang
lalu aku coba pejamkan mata dan berhenti berdoa
saat itulah aku baru tahu
ternyata doaku habis kemarin siang
aku kehabisan kata
ketika malam menjelang pagi
saat siang memburu mentari
pada senja penutup hari
detik demi detik kujejaki tanpa kata kata, dunia hening tanpa suara
hanya desiran irama hati
innalillahi
aku kehabisan kata
saat akan kujalani hari hari penuh duri tanpa pelangi
hanya hitam dan putih yang menghiasi nurani
kata itu hilang saat aku kehilangan warna
ketika pilu tanpaMu disisiku
aku kehabisan makna
pada kata kata
aku kehabisan kata
ketika seharusnya bicara
aku kehabisan suara
pada sajak tanpa makna
27 February 2004
Menjaring Mimpi
kubawakan kau senja
ketika hari itu kita masih setia menjaga mimpi mimpi
lalu kutuang secangkir kopi pada seperempat malam kedua
kita akan tetap terjaga sampai larut nanti
untuk bisa menghadang nyata
kita masih terlelap saat ini
dimana seharunya masa depan menghampiri
lalu kita tersadar untuk pertama kali
harapan telah pergi mengubah wajah
jadi kenangan
tiada guna air mata,
kita adalah kita saat ini
masa depan harapan
masa lalu pelajaran
tetaplah terjaga
untukmu, untukku, untuk kita
untuk mereka
untuk membangun mimpi mimpi yang pernah menghampiri
ketika hari itu kita masih setia menjaga mimpi mimpi
lalu kutuang secangkir kopi pada seperempat malam kedua
kita akan tetap terjaga sampai larut nanti
untuk bisa menghadang nyata
kita masih terlelap saat ini
dimana seharunya masa depan menghampiri
lalu kita tersadar untuk pertama kali
harapan telah pergi mengubah wajah
jadi kenangan
tiada guna air mata,
kita adalah kita saat ini
masa depan harapan
masa lalu pelajaran
tetaplah terjaga
untukmu, untukku, untuk kita
untuk mereka
untuk membangun mimpi mimpi yang pernah menghampiri
15 February 2004
Membagi Apologi
Sebentuk apologi tersaji di meja makan, menunggu kau bagi pada malam. Satu demi satu kau beri, lalu kau sisakan satu potong kecil di atas kursi. Terlupa untuk siapa. Keningmu tak henti berkerut sambil memutarmutar otak kosong. Tak ada perubahan, masih saja pelupa. Pesta pun usai.
Indahnian detik berlalu dan potongan itu sudahlah basi dimakan waktu tak bersisa. Satu malam bercengkerama dengan gemintang dan purnama. Bahaknya terdengar sampai menggoyang mejamu. Sampai detik itu purnama bercerita tentang lolongan manusia, yang diceritakan angin dingin padanya. Manusia itu masih mencari sepotong apologi yang kau janjikan. Dialah pemilik potong terakhir yang dimakan waktu. Dan manusia itu adalah manusia yang dilupakan waktu.
Indahnian detik berlalu dan potongan itu sudahlah basi dimakan waktu tak bersisa. Satu malam bercengkerama dengan gemintang dan purnama. Bahaknya terdengar sampai menggoyang mejamu. Sampai detik itu purnama bercerita tentang lolongan manusia, yang diceritakan angin dingin padanya. Manusia itu masih mencari sepotong apologi yang kau janjikan. Dialah pemilik potong terakhir yang dimakan waktu. Dan manusia itu adalah manusia yang dilupakan waktu.
14 February 2004
Mencari Tahu
kita mencari
diantara semak
digundukan pasir pantai
menggaruk tanah basah
meneropong guagua
kita mengaduk laut
membalik gununggunung
merapikan lagi pyramid
mengikuti komet berputar
menyelami tatasurya
lalu kita bertanya
pada ilalang
kepada terang
kita pinjam catatan bulan
sibak gulita
kita eja manteramantera
dan senandungkan doadoa
lalu nyalakan ribuan hari
hanya untuk
sesuatu yang pernah kita tahu
diantara semak
digundukan pasir pantai
menggaruk tanah basah
meneropong guagua
kita mengaduk laut
membalik gununggunung
merapikan lagi pyramid
mengikuti komet berputar
menyelami tatasurya
lalu kita bertanya
pada ilalang
kepada terang
kita pinjam catatan bulan
sibak gulita
kita eja manteramantera
dan senandungkan doadoa
lalu nyalakan ribuan hari
hanya untuk
sesuatu yang pernah kita tahu
04 February 2004
Apa itu duasatu ? #6
: ditempat sana
dimana rindu itu
yang akan mengantarku pulang
dimana rindu itu
yang akan mengantarku pulang
Apa itu duasatu ? #5
: diujung makna makna
apabila bumi ini berkaki
maka dia tidak berniat melaju lagi
apabila matahari merayu mati
maka rembulan jadi kuburan
apabila malam ini kiamat
maka biarkan aku menziarahi taubat
dan bila aku sempat
maka neraka tidak lagi kusebut tempat
apabila bumi ini berkaki
maka dia tidak berniat melaju lagi
apabila matahari merayu mati
maka rembulan jadi kuburan
apabila malam ini kiamat
maka biarkan aku menziarahi taubat
dan bila aku sempat
maka neraka tidak lagi kusebut tempat